Skip to main content

Review Gear - Deuter Aircontact 50+10 SL



Sekali-kali bikin catatan yang agak berguna bagi dunia persilatan. Demi pelaksanaan hobi jalan-jalan yang lebih nyaman terkendali, akhirnya (mau gak mau) saya musti beli yang namanya carrier. Benda satu ini memang vital banget buat orang-orang yang suka lanjalan utamanya lanjalan menyusuri tanjakan. Berhubung belakangan lagi seneng naik – naik gunung lucu, saya memutuskan untuk beli carrier sendiri. Selama ini carrier modal pinjem temen yang malah seneng carrier nya dipakai. Hahahakkk... #dasarbenalu 

Beberapa minggu memilih dan memilah, lihat review sana sini, Udah sampai level browsing toko outdoor yang jualan carrier yang lebih nyaman di kantong juga. Sempat nanya-nanya carrier merk dalam negeri Consina dan Cozmeed demi menyelamatkan dompet dari derita kekeringan. Cukup hati adek yang kering, Bang. #bah Dan hingga ujungnya, pada suatu minggu pilihan saya jatuh pada Deuter Aircontact 50 + 10. Bahahahhaa.... 

Kalau kata Dimitri, kak iim emang suka random kaya gitu. 

Maunya sih sebenernya Gregory Deva, tapi harganya gak manusiawi buat saya, mending beli Hoyt Buffalo, #MahalanHoytBuffaloPadahal Hahahakkk,

Sebenarnya saya sudah melakukan tindakan preventif dengan mengajak si Cokiber (cowo kita bersama) si Chemi buat nemenin belanja. Sekalian mau pinjem badannya chemi buat milih baju buat adek yang secara postur 11 -12 sama salah satu lelaki geng Papandayan itu. Tapi apa daya, orang yang saya harapkan menjadi dewa penyelamat saya dari kekeringan kantong malah jadi iblis penggoda yang terkutuk. 
Salah saya juga sih, belum memantabkan hati sebelum memilih calon suami. #eh, typo, memilih carrier maksudnya. Kaki saya gontai melangkah berjalan dari Pocin sampai Leuser di Jl. Margonda. Baru sadar kalau ternyata itu jauh. Padahal di google map cuma 10 menit jalan kaki. Tapi itu semua dustahhhh.#abaikan. Intinya di TKP mata saya tertuju pada deretan carrier yang dipajang paling depan dengan label deuter. Padahal niatnya mau liat consina atau cozmeed. Trus gitu iseng-iseng minta mas nya nurunin si carrier, pertama Act Lite ukuran 40 + 10 warna hijau neon, lalu berpindah ke Futura Vario yang dari segi bentuk kece, warnanya raspberry. Pas sama warna baju-baju saya yang kebanyakan pink. Yang bikin anak kosan sampai geleng kepala. Anaknya sadis, mainannya aikido sama panahan, tapi bajunya pink semua. #AhCumaKebetulan.  

 Muka sumringah liat diskon Deuter, tapi nangis abis bayarnya

Sayangnya setelah dicoba Futura Vario yang penampakannya kece itu agak kurang fit buat saya. Bagian yang nempel ke punggung ada jaringnya yang pasti bikin punggung bisa bernapas, tapi sayangnya bagian pertulangan carrier atas mentok di leher saya, yang bikin kalau saya pakai jadinya saya agak nunduk gitu, which means itu gak nyaman kalau dalam waktu berjam-jam apalagi kondisi jalanan yang gak mulus kek percintaan banyak orang. 

Walhasil saya mengeksplor tetangga sebelah, Deuter Aircontact, yang cukup beda dari Futura Vario, utamanya backsystem. Si aircontact ini back system nya bisa di set sesuai dengan tinggi pemakainya biar pas sama torso jadi cocok buat perempuan juga, pakai teknologi SL nya deuter. Gak ada desain jaring-jaring, diganti dengan busa empuk instead. Dan pas dicoba. Gak pas. Iya belum saya setting. Chemi punya ide cemerlang, dairpada susah-susah setting bagian pundak yang agak kedodoran, dia menyarankan buat nempelin softex. Maapin temen saya ya pemirsa. 

Setelah disesuaikan sana sini, akhirnya pas dipakai. Oke. Apalagi kalau bantalan pinggangnya dipakai, bikin lebih nyaman. Saratnya mau sabar dan nyoba buat setting sana sini aja sih. 

Setelah curhat tentang harganya yang agak kurang manusiawi buat budak korporat seperti saya kepada Chemi, jawaban yang muncul dari yang bersangkutan adalah, “Udah im, gesek... gesek.., masa asmen gamampu beli” dengan memasang muka yang semi ngeselin bikin pingin nimpuk. Cuk, apane rek sing di gesek. Belom jadi asmen juga, tapi moga cepet jadi asmen. Aaaamin ya Allah. Padahal udah ngarepin Chemi bilang dengan wise nya, “Mahal, im. Mending beli cozmeed aja, gue anterin.” Tapi itu semua Cuma hayalan saya, nyatanya ini orang kompor abis hingga akhirnya saya nyerah dan memboyong Aircontact 50 + 10 yang kalau ditinggiin maksimal bisa jadi macem kulkas dua pintu itu.  


Oke, itu semua diatas mukadimah, asal muasal carrier yang sekarang saya pakai ini. Nah, habis ini baru mulai review nya. Wkwkwk... Gak afdhol kalau ini carrier belum dinamain, saya memutuskan ngasih nama Alexander Ilham a.k.a Pimo. Alexander diambil dari tokoh Alexander the Great, biar si Lexi ini bisa menemani hari saya menakhlukkan petualangan-petualangan yang luas membentang. Dengan kekuatan bulan akan menghukummu. Pimo? Diambil dari warna si carrier, Pine – Moss Penampakannya ijo – ijo lucu gitu. Meskipun baju saya banyak yang warnanya pink, tapi buat kelengkapan naik tanpa disadari banyak yang ijo. Carrier, tas kecil buat summit, buff, headlamp semua ijo. Kalau pas pakai kaos pink sama jaket orange persis kembang setaman lagi jalan-jalan. Meskipun belakangan saya lebih sering menyebutnya "Erkon", diambil dari Aircontact. Lebih gampang nyebutnya. hahaha....

Si Erkon belum banyak dibawa jalan-jalan. Baru ke Sindoro – Prau – Jogja menemani perjalanan tanpa itinerary saya beberapa waktu lalu. Dari segi kemampuan penampungan bisa dibilang oke. So far saya setting kapasitasnya emang biar gak penuh. Kalau sampai anak-anak tahu carrier saya masih muat nanti sekalian dijejelin tenda lagi. Dengan kapasitas 50+10, bagian dalam carrier si Erkon bisa dipilih untuk di set dengan kapasitas lebih sedikit atau lebih banyak karena ada tekukan dilengkapi tali di fabric nya. Istilahnya ada satu ujung tapi bisa di extend. Susah jelasinnya, mending liat gambarnya, chekidot. 

Edisi Gunung Sindoro, Sebelah saya Udin, bos jalan-jalan explore Sindoro

Keunggulannya buat kita jago bikin skala prioritas. Yang gak relevan gak usah dibawa, kulkas, TV plasma, sama kipas angin gak perlu, mantan juga gak perlu dibawa, apalagi mantan gebetan yang nolak sebelum ditembak. Selain itu, settingan untuk bisa dibikin minimal ini cocok buat perempuan yang suka didholimi seperti saya yang kalau liat space dikit agak longgar di carrier nanti dijejeli sama barang-barang. Enaknya kalau terpaksa banget perlu bawa barang banyak, bisa ditinggiin biar bisa nampung lebih banyak. Dari segi kapasitas OK. Perjalanan Sindoro – Prau – Jogja dengan baju ganti yang cukup dan peralatan kelompok masih bisa ditampung sama Pimo. Jadi kapasitas OK lah. 

Kenyamanan, ini mengapa saya akhirnya memilih kamu. Eh, memilih Erkon. Ternyata meskipun back system nya gak pakai jaring-jaring tapi punggung masih bisa bernapas dan gak bocor samping. Mungkin itu mengapa disebut teknologi aircontact yang emang jadi jualannya deuter. 

Distribusi beban, ini baru kerasa pas si carrier dipakai dalam kondisi sarat muatan. Terhitung barang pribadi, nesting, kompor, pernak-pernik dan tiga botol aqua 1,5 liter yang masuk pas perjalanan awal ke Sindoro saya paksakan muat di Pimo dengan setting kapasitas minimal. Sayang saya gak sempat nimbang. Tapi itu beban paling berat yang pernah saya pikul selain beban hidup dan beban menghadapi pertanyaan, “kapan nikah?”. Kalau si carrier ini dipakai begitu saja tanpa dipasang bagian belt nya, dijamin anda akan cepat sakit encok. Tapi ketika belt dipasang, dengan tiba-tiba beban di punggung dan pundak jadi jauh lebih ringan karena didistribusikan juga ke pinggang. Meskipun nampaknya kurang sehat buat peranakan. Tapi distribusi beban ini emang oke sih. Utamanya buat yang punya ambisi terpendam ingin menjajal kapasitas diri mengangkut beban ala porter.

Aku harus kuat, kakak, Harusss!!!

Warnanya yang kece, ini penting gak penting sih, tapi buat saya cukup penting hahaha. Subjectively warnanya kece. Apalagi ijonya kalem – kalem gimana gitu. Saya banget deh pokoknya. -___-  

Plusnya yang lain, plus raincover. Secara raincover itu kalau beli terpisah lumayan mehong, 200 – 300 an ribu. Raincovernya sih tebel oke, dan kemarin dipakai gerimis mengundang masih oke. Tapi kalau badai mungkin rembes juga sih. 

Minusnya ada di kapasitasnya, walau ini plus plus minus sih. Karena kapasitasnya yang cukup gede, pemakainya bisa jadi korban tempat penampungan perkakas mendaki. Ilustrasinya seperti ini, 

“Eh, itu carrier lo masih kosong, kan masih ada space, bawa tenda sekalian ya”
Kira-kira begitulah yang terjadi. Apalagi buat saya yang tergolong ‘korban’ emansipasi wanita. Buat yang kenal sama saya, gak sungkan-sungkan buat minta saya bawa tenda juga air dengan kapasitas yang sama dengan pria #Huftsss... yang kalau nyoba negosiasi ujungnya akan seperti ini.
Iim       : nanti kalau naik lagi pokoknya aku mau pakai depek aja
U**n    : iya gapapa terserah kamu, tapi tetep bawa air 3 botol, nesting, kompor, ama peralatan pribadi ya. 

Ya mana muat depek nampung begituan. Itu mah depek kapasitas 60 liter. #ujung2nyacarrier #akumahapaatuh #cowoemanggitu
Minus kedua adalah berat. Iya, kek beban hidup kita semua. Secara berat kosongan carrier ini aja udah 2,5 kilo-an jadi cukup berat walau tanpa beban sekalipun. Apalagi kalau semua isi kosan udah masuk. Alhamdulillah beratnya. Tapi masih terselamatkan dengan fitur-fitur yang lain sih. 

Minus ketiga, mahal. Iyoi, ini yang bikin saya nangis-nangis seneng sekaligus nyesel. Seneng karena akhirnya punya carrier yang mumpuni. Nyesel karena harganya bikin KANtong KERing. Model Futura Vario harganya 2,4 an sedangkan Aircontact 2,8 kalau tanpa diskon. Tapi diskon gak setiap saat, dan untungnya pas saya beli pas lagi diskon. #berkahanaksoleh.
Jadi rekap dari review ini : 

Plus :

  • Kapasitas gede, lumayan bisa buat perjalanan mendaki 2 – 3 malam asal bawaannya gak berlebihan. Kalau traveling ke tempat yang gaperlu bawa matras, sleeping bag gitu bisa dua minggu kali
  •  Back system, oke, bisa di setting sesuai dengan tinggi badan dengan settingan di punggung, pundak, dan pinggang agar pas nempel sama bada
  • Distribusi beban, dengan syarat bagian belt nya dipakai dengan pas bisa meluk perut, gamasalah perutnya buncit sekalipun, talinya bisa dipanjangin.
  •  Warnanya cakep, untungnya seri aircontact punya warna kalem, subjectively.
  •  Dilengkapi raincover, biar gak bocor samping #loh kalo musti beli raincover sendiri mahal booo, sempet beli yang murahan dan hasilnya juga murahan, gerimis aja udah merembes.

Minus :

  • Mehong, untuk harga tanpa diskon sekitar 2,8 jeti. Kalau diskon tergantung berapa persennya , #iyalah
  • Kapasitas gede, ini redundant sih. Tapi berdasarkan hukum relativitas. Poin ini bisa jadi kelemahan seperti dijabarkan pada kasus-kasus diatas
  • Berat kosong udah berat, yang otomatis akan menambah total beban yang harus dipikul kalau lagi mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah

Rekomendasi :

Rekomendasi buat yang memang berencana ‘berkarir’ di bidang pendakian atau yang dikasih anugerah punya bahu sekel dan dijadikan porter ama temen-temen seperjalanan, soalnya kalau cuma dipakai sekali dua kali sayang investasi bendanya cukup mahal. Terlebih buat yang hobi bawa kulkas dua pintu pas naik gunung. Temen saya ada cowo cuma pakai 48L kemana-mana, ya tapikan saya cewe, musti bawa gaju ganti segambreng, hijab yang lagi nge hits, make up sekotak etc, Ergh,,, #MoNgemallMba?



Penampakah Alexander Ilham a.k.a Pimo a.k.a Erkon di Terminal Klaten setelah diospek pertamanya pakai ke Sindoro-Prau-Jogja Hahahakkk... 
I personally senang sama performa si Erkon ini, cuman lately lagi impulsif pengen beli carrier yang lebih kecil dengan harga yang lebih terjangkau. Soalnya sayang ama carriernya hahahakkk... (padahal dibeli buat dipake yak) -___- 


Depok, 15 Mei 2016

Comments

  1. Wkwkwkwk....

    Ngakak baca tulisannya... :thumbsup

    ReplyDelete
  2. bagus kerilnya mbak... niat dijual gak? sy siap nampung..hehehe...

    ReplyDelete
  3. Hehehe belum ada rencana sih kak, masih pengen dibawa lanhalan ke beberapa tempat lain biar greget beli yang baru aja kakak, warnanya bagus2 kok... hihihi

    ReplyDelete
  4. terimakasih bahan pertimbangan mau ganti kerir 😀

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Catatan Perjalanan - Gunung Guntur yang Hangat (Part 2)

Semangka di Puncak Gunung Guntur Bikin istigfar dan bikin persediaan air mendadak tipis. Untung bawa semangka. Yup kami bawa semangka ke puncak Guntur untuk dinikmati disana. Apalagi kalau bukan atas prakarsa Mas Zam yang level imajinasi terhadap kuliner di gunung sangat liar. Mendaki sekitar satu setengah jam, kami sampai di puncak 1. Pemandangan yang terlihat adalah – kabut. Hahaha iyalah, kalau mau sunrise harus dini hari summitnya. Di puncak 1kami pecah itu semangka. Setengah kami makan. Jalur pos 3 ke puncak satu menurut saya yang paling berat. Lima menitan di puncak 1 kami menuju puncak 2. Jalurnya didahului dengan jalan landa kemudian menanjak lagi. Hahaha. Gak kalah serunya dari nanjak di awal. waktu tempuh sekitar 1 jam ke puncak 2. Disana ada tugu GPS dari ITB, menandakan posisi tertinggi. Sayangnya, vandalism terjadi bahkan seniat itu sampai puncak gunung. Tugu dan batu dicoret-coret. At that point kalau saya liat ada yang nyorat-coret bakal langsung saya koshinange t

Catatan Perjalanan - Pulau Sangiang (Part II)

Badai Pasti Berlalu Usai memasang tenda dan flysheet, dari tampangnya sudah kelihatan kami semua kelelahan. Saya sempat mengambil beberapa foto, lalu mencari pohon teduh buat ngaso yang selanjutnya dialihfungsikan sebagai tempat tidur siang. Ada yang tidur di atas mastras di pasir, ada yang tidur diatas kayu sekitar pohon teduh. Hampir jam 3 saya terbangun dan mencari Galih, anaknya sedang mandi ternyata. Usai mandi dan leha-leha kami berburu sunset walau tidak seperti yang diharapkan. Langitnya cukup gelap dan tidak ada tanda-tanda sunsetnya bakal bagus. Jatohnya main di pantai sambil hunting foto. Main sepuasnya di pasir warna putih yang sangat lembut. Pas dekat tebing tiba-tiba Chemi minta saya duduk di atas karang, dan walaaaa...   jadilah sebuah foto instagramable karya Chemi. Mayan buat dp whatsapp. Ini manfaatnya kalau punya temen jago motret, Makannya kalau nyari trip saya seneng kalau ada cheminya. Hasil fotonya pasti bagus :p Papandayan dan kali ini Sangiang jadi bukti